kutukan Arwah soemarni
Part 3

Review part 2
Kunci untuk membuka bunker telah dibawa Dewi, tetapi dia tidak tahu dimana lokasi bunker tersebut. Sebelum arwah Mbah Pardjo menghilang dan pergi dengan tenang, beliau meninggalkan sebuah pesan. Tugas Dewi sekarang adalah memecahkan pesan dahulu. Apa maksud pesan beliau? Dan bagaimana Dewi menemukan bunker itu?

Sekarang bulan Juni,
Seperti biasa, Dewi berangkat bekerja. Dari dulu, pertengahan tahun selalu menjadi hari yang sibuk bagi doi. Banyak sekali laporan semester 1 yang harus diselesaikan untuk meeting. Ditengah-tengah kesibukannya, tiba-tiba ada telpon masuk. Dia mencoba cuek, tapi telpon terus berdering berkali-kali yang berarti itu sangat penting:
Pak Anwar : "halo dek Dewi, ini Anwar..ada hal yang penting dek"
Dewi : "Iya Pak, ada apa?"
Pak Anwar : "Tanggal 30 Juni malam, ada acara perpisahan siswa kelas 3"
Dewi : "terus gimana Pak?"
Pak Anwar : "Sebaiknya segera kita selesaikan..aku takutnya dia akan kembali muncul dan mengacaukan acara."
Dewi : "Baik Pak, sore ini saya akan kesana."
Pak Anwar : "Segera ya.. kelihatannya dia bertambah kuat. Dia sekarang sudah bisa mempengaruhi siapapun dan kapan pun."
Dewi : "maksudnya gimana Pak?"
Pak Anwar : "Beberapa hari yang lalu ada 3 siswa ditemukan saling tebas seperti kesurupan menggunakan sabit sewaktu kerja bakti, nyawa mereka hampir melayang. Lalu ada 4 siswi kerasukan dan sampai sekarang belum sadar. Mereka terbujur kaku, mata terbelalak dan terus menerus mengeluarkan air mata."
Dewi : "ASTAGA!!!! itu kan siang hari dan Idul Adha masih lama Pak..ini tidak bisa dibiarkan!!"

Sepulang kerja sekitar pukul 17.15, Dewi pergi ke sekolahan. Dia segera menuju ke ruang olah raga. Dibenaknya bertanya-tanya, "apakah dengan bertambahnya korban, dia makin kuat ya??huuft... Entahlah, yang penting aku pecahin dulu pesan Mbah Pardjo sebelum pukul 6 petang."

"jika kau menjadi juara, jangan lupa tengoklah kebelakang. ada seseorang disana yang ingin menjadi sepertimu, bantulah dia." hmm...kira-kira apa ya maksudnya. Dewi yang terbiasa dengan teka-teki dan cerpen riddle itu, tak kurang dari 5 menit dia berhasil memcahkannya. Maksudnya, sebuah lemari dimana didalamnya terdapat piala dan piagam prestasi siswa-siswi disitu. Iya dibelakang lemari itu, apakah ada sesuatu yang tertinggal dibalik lemari ini? Dia pun mencoba menggeser sendirian perlahan. Setelah lemari bergeser, dia mengetuk dan meraba tembok dibalik lemari itu, "Basah dan lembab, dari suaranya seperti ada ruangan dibalik tembok ini."

"jika kau menjadi juara, jangan pernah lupakan masa lalumu, darimana kamu memulainya." Pasti dibalik tembok ini menyimpan sesuatu. Aku harus menghancurkannya. Dengan bantuan dari Pak Anwar, Dewi mulai menggempur tembok yang telah dibuat Mbah Pardjo 68 tahun yang lalu. Baru dapat seperempat, tiba-tiba Pak Anwar mengalami kram pada lengan dan pinggangnya, beliau teriak kesakitan, Arrghh.. Rasanya seperti terbakar." Dewi yang iba menyeret Pak Anwar keluar ruangan, anehnya setelah diluar, rasa sakit itu perlahan menghilang. Setelah baikan, Pak Anwar mencoba membantu Dewi lagi, baru memegang linggis, hal yang sama terulang bahkan rasa terbakar itu hampir disekujur tubuh. "Sudah Pak, biar saya saja sendirian..saya bisa kok Pak" Dewi. "Maaf dek, saya gak bisa bantuin...uuugghh" kata Pak Anwar.

Setelah dirasa cukup, Dewi menghentikan penggempuran tembok. Pintu yang sudah berumur 2 abad itu masih terlihat kokoh dan berkarat. Dengan kunci yang dibawanya, Dewi mulai membuka gembok '    cklakk' dan menarik dua daun pintu baja itu keluar. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 6 tepat. Tiba-tiba dari dalam berhembus angin yang cukup kencang, disertai bau anyir dan ribuan lalat keluar menerjang Dewi "uuggghhh...!!!" Dewi terjatuh, tubuhnya dikerumni ribuan lalat yang entah darimana asalnya. Bisikan ngeri terdenganr "Beraninya kaauuu...!!!". Tubuhnya mendadak kaku, lalat-lalat itu mulai merambat dan menggigit kulitnya yang tak tertutup kain.

Dewi merintih kesakitan. Suara teriakan histeris bagai psikopat terdengar dari dalam sangat keras. "Haaaaa..!!!" Pak Anwar kaget dan segera menghampiri Dewi. Dewi merasa kaki kanannya ada yang mencengkram, dan menariknya kedalam. Pak Anwar yang melihat kejadian itu berusaha menariknya. Tapi ribuan lalat itu mengerumuni wajah beliau sampai kehilangan keseimbangan, terpeleset dan terjatuh membentur rak kayu besar berisi cakram, bola besi dan berbagai jenis bola. 'Brruuaakkk...' Beliau terjatuh tertimpa rak kayu berserta isinya. Setelah beliau terjatuh dan pingsan, ribuan lalat itu kembali ke bunker bersamaan dengan menutupnya pintu.

"Kau akan tahu bagaimana rasanya terpenjara disini.." suara bisikan itu menyadarkan Dewi. Dia terkaget, gelap gulita, pengap bercampur bau anyir. Dia berusaha tenang, segera dia merogoh kantong dan mengeluarkan ponselnya. Lampu senter dia nyalakan, sepertinya dia tak sendiri diruangan itu. Sekelebat bayangan mengganggunya, sesekali bayangan putih itu menabrak dirinya hingga terjatuh. Persis didepannya nampak wajah wanita seram bergaun putih lusuh terbang ke arahnya bersiap untuk mencekiknya.

'Bruugghhh..' Dewi tercekik dan terpojok, sesosok wanita itu tertawa dan menggeram liar dan makin mencekik leher Dewi. Dia mulai tak bisa bernapas, kedua tanganya berusaha meraih apapun yang terdekat. Tanpa sengaja dia menenukan saklar listrik kuno dan mengaktikannya. Beruntung listrik masih mengalir, sosok wanita itu hilang bersamaan dengan nyala lampu. Dewi yang masih terengah-engah, menuju ke cermin tua. Dia melihat wajahnya bentol-merah dan terdapat bekas cekikan dileher. Kemudian dia berlari menuju pintu dan berusaha mendorongnya. Sangat berat tak bergerak sedikitpun. Dia berteriak memanggil Pak Anwar, tapi sayangnya beliau masih tak sadarkan diri.

Dewi perlahan mulai frustasi, panik, khawatir dan menangis. Ditengah isak tangis dan putus asa, dia melihat benda berkilau di bawah rak senapan. Dengan kedua tangan dan lututnya dia menghampiri benda itu. Dan benda itu adalah golok milik ayah Soemarni, dan dengan golok itu juga Soemarni menghabisi nyawa 4 tentara. Dengan penuh rasa dendam, Dewi mengambil dan menggenggam erat golok itu. Sekujur tubuhnya memanas dan seperti kesemutan. Dia mulai teringat nasib Bella, membuat nafasnya terengah-engah, rasa marah dan dendam berkecamuk didadanya. Lampu-lampu di bunker itu mulai berkedip-kedip. Dewi mengarahkan golok itu ke pintu dan berteriak "Soemarni!!! Kali ini aku akan menghabisimu!!! Aaarrghhh!!!".

Secara bersamaan semua lampu meletus dan pintu terbuka. Inilah kekuatan yang dimaksud, sesuatu yang tak dimiliki oleh semua orang. Dengan mata menyala biru, dia melangkah keluar bunker. Dia melihat wujud Soemarni yang sedang mengangkat Pak Anwar secara telekinetis. Dengan penuh dendam, dia menuju ke arah Soemarni dan berusaha untuk menebasnya. Soemarni berhasil menghindar sambil melempar Pak Anwar ke lantai. Dewi mengejarnya, tapi roh gentayangan itu melempar semua benda ke arah Dewi. Dengan sigap dia menghindarinya. "Kau tidak akan bisa membunuhku, dengan golok itu. HAHAHAHAHA!!!!" kepala Dewi terhisap digenggaman Soemarni, meremas kepalanya hingga kesakitan dan melempar keluar melalui jendela 'prangggg'.

Dewi terjatuh dan kesakitan. Belum sempat berdiri, Soemarni menghempaskannya ke pilar sangat keras, hingga terdengar suara gemertak tulang. Dewi terbatuk-batuk dengan darah keluar dari mulutnya. "Aku tidak boleh mati.. malam ini bukan kematianku..kembalikan jiwa Bella dasar setan brengsek!!" Mata Dewi menyala biru sangat terang, dia langsung bangkit berlari terseok-seok ke arah Soemarni dan bersiap menebaskan golok itu. 'Cringggg..' dia berhasil menebas leher Soemarni, dia malah ketawa dan melempar Dewi kearah pohon pepaya dan kali ini sangat keras. "Sudah kubilang, kau tidak akan pernah bisa membunuhku..HAHAHAHAHA!!"

Dewi sudah tak sanggup berdiri, pandanganya semakin kabur. Terdengar suara bisikan lembut, "Dewi...pohon itu...". Dia tersontak, "iya pohon itu..", "Iya kau benar, aku tidak akan pernah bisa membunuhmu. Tapi dengan golok ini, aku bisa menebas pohon ini.." Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, doi menebas pohon pepaya itu. Roh Soemarni berteriak, "Tiiidaaaaaaakkkkk!!!!!". 'Crringgggg' hanya sekali tebas, pohon itu pun tumbang dan mengeluarkan darah segar dari batangnya. Roh Soemarni tiba-tiba mengeluarkan api terbakar sambil merintih "Kenapa...kenapa...". Dewi "maafkan aku soemarni, aku tahu penderitaanmu, aku bisa merasakanya ketika aku menggenggam golok ini. Tapi semua kutukan ini harus diselesaikan."

Perlahan roh Soemarni terbakar habis tak bersisa. Pohon pepaya itu pun langsung kering dan membusuk. Berikutnya, dengan tubuh terseok-seok, dia menghampiri Pak Anwar. "Dewi, cari baju itu dan bakar agar semua dapat kembali.." setelah itu Pak Anwar meninggal ditempat. Dewi mencari gaun itu itu bunker sambil menangis. Fajar menjelang, gaun itupun ditemukan. Dengan bensin dan korek, dia membakar gaun itu, "Pak Anwar adalah korban kamu yang terakhir Soemarni. Maafkan aku, kutukanmu harus terhenti".

Keluarga Pak Anwar menangis histeris, pihak kepolisian tidak bisa menyalahkan Dewi atas semua yang nampak direkaman CCTV semalam. Rekaman itu menunjukan bahwa Dewi bergelut dengan sosok bayangan putih dan nampak pula Pak Anwar yang terangkat dan terlempar dengan sendirinya. Golok itu disita oleh pihak berwajib. Dewi harus dirawat dirumah sakit selama 2 bulan karena semua luka-lukanya. Kejutan pun datang, Aini dan Bella yang sudah kembali, bersama menjenguk Dewi. Dewi menangis bahagia sambil menahan rasa sakitnya.

Bella : "Terima kasih banyak Dewi, aku tidak tahu bagaimana aku membalasnya"
Dewi : "Sudah Bella, semua korban wanita sudah kembali seperti semula. Kamu tidak perlu membalasku, ini semua kulakukan karena aku harus bertanggung jawab." sambil tersenyum.
Mereka bertiga berpelukan sambil saling menangisi dan tertawa bahagia.

Beberapa bulan kemudian...
Tak terasa enam bulan berlalu, kini Bella telah menemukan cinta sejatinya dan telah menikah. Aini sudah tinggal menunggu kelahiran anak pertamanya dan Dewi, ada seorang cowok yang mendekatinya tetapi cowok itu agak ragu karena Dewi yang anti-mainstream. Semua kebahagiaan berangsur kembali. Dewi mulai membersihkan kamarnya, dia menarik tas ransel semasa SMAnya. Sangat mengagetkan, golok itu ada didalam tas lengkap dengan sarungnya. Dia berdiri didepan cermin sambil menarik golok dari sarungnya. 'Srrinngg...' tubuh Dewi terasa kesetrum dan kesemutan. Dia memandang kecermin, kedua matanya menyala biru terang dan dia tersenyum, senyum yang penuh teka-teki.

Apa yang akan terjadi dengan Dewi, ada apa ini?? Siapakah dan apakah kekuatan yang tersembunyi itu? akankah ini menjadi awal baru petualangan Dewi??

TAMAT
Cerita ini ditulis oleh indrawan nagasus
Btw thanks untuk beliau dan para pembaca cerpen :-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Youtuber Indonesia

Bunga Soba dan Daun Maple dalam Kdrama Goblin