Kutukan Arwah Soemarni

part 2

By : Indrawan nagasus


Sumpah Soemarni yang terucap sebelum dia tewas mengenaskan oleh kelakuan bejat para tentara penjajah, telah membawa kutukan hingga saat ini juga. bertahun-tahun lamanya setelahg gedung peninggalan kolonial itu dijadikan sekolahan menengah atas, ternyata sudah banyak korban
kutukan yang berjatuhan, mulai sebelum bella dan setelah kejadian yang
menimpa bella. Dewi teman dekat bella merasa bersalah atas tragedi itu. Dia berusaha untuk
memecahkan masalah dan memutus rantai kutukan arwah Soemarni. Dapatkah dewi memutuskan kutukan itu? akankah semua dapat kembali seperti semula?

7 tahun kemudian...
Kini usia dewi, bella dan aini telah menginjak 25 tahun. Aini baru 6 bulan menikah, dia telah
berubah banyak. Aini yang dulu tomboy setingkat provinsi, kini setelah menikah dia menjadi
seorang wanita feminim dan keibuan, bahkan sekarang dia menjadi lebih religius setelah tragedi
7 tahun lalu itu. Dewi tidak berani mengusik kehidupan baru aini, meskipun aini juga merasa
bertanggung jawab atas kejadian beberapa tahun yang lalu.
aini : "Dew..kamu masih ingin menyelesaikan misteri kutukan itu?"
dewi : "iya ain..aku tetap akan menyelesaikannya..ini semua ide ku, aku harus beranggung jawab. aku harus menyelesaikan apa yang telah aku perbuat. dan aku tidak mau lebih banyak korban lagi"
aini : "tapi dew..gara2 kamu kepikiran itu, kamu sampai sekarang malah jadi jones akut lho.."
dewi : "mau gimana lagi ain...nasi udah jadi hangus..ternyata setelah aku selidiki dari berbagai sumber, bella adalah korban yang ke 60 dan setelah itu, sampai detik ini korban udah mencapai 67 orang."
aini : "wah berarti tiap tahun selalu memakan korban ya?"
dewi : "itulah kenapa SMA kita sejak lama hampir diratakan"
aini : "hmm... ya sih, kemarin aku denger2 dari si udin, pemkot mau ngancurin. banyak ortu siswa yang protes."
dewi : "berarti banyak yang coba2 ya?"
aini : "mungkin..aku juga mau nyelesain kutukan itu. aku g enak sama ortu bella. mana anak tunggal lagi..si joshua bener2 g tanggung jawab tuh."
dewi : "kemarin aku ketemu joshua di cafe Dollar."
aini : "terus2..kamu ngapain aja?"
dewi : "aku paksa dia ngomong kejadian 7 taun yang lalu. dia ternyata bohong.."
aini : "nah bener kan bo'ong, dasar laki g bener!!"
dewi : "dia bo'ong karena dia udah tau kutukan itu, karna teman cowok kakaknya juga pernah kena bahkan sampai terlempar jauh hingga menjadikannya lumpuh."
aini : "wait wait..itu korban kutukan 67 orang baru yang cewe doank ya?"
dewi : "iya betul baru cewek doank..yang cowok g tau tuh udah ada berapa.."
aini : "kalo cowo bejat mah, biarin aja kena tampol si soemarni, biar g kebiasaaan.huh!!"
aini : "eh btw yang tadi belum dijawab"
dewi : "yang mana?? emang kamu ngajuin pertanyaan ke aku?"
aini : "hedeh..coba deh kamu mundur 11 baris percakapan keatas??"
dewi : "bentar2 aku scroll dulu...hmmm....oiya.."
aini : "jadi gimana?"
dewi : "aduh..jangan ain..kamu sekarang udah punya kehidupan baru..aku g mau efeknya sampai ke keluargamu. biar aku saja, aku kan semua otak dari kejadian ini."
aini : "tapi dew..aku kan.."belum kelar omong, dewi langsung menutup mulut aini.
dewi : "udah..percaya deh sama aku. bantu aku lewat doa aja ya..janji?"
aini : "hmm...oke deh dew..semoga kamu berhasil, kasian para korban cewe2nya."

setelah percakapan panjang lebar (dan semoga tidak membosankan) itu, akhirnya dewi memutuskan untuk beraksi sendirian, tanpa bantuan dari manusia manapun. dia sejak lahir dididik  ortunya untuk menjadi
manusia yang bertanggung jawab. dan ini lah dewi, yang sebenarnya. tak ada orang yang tahu bahkan dirinya sendiri. perjalanan penuh misterinya kembali terulang.

Kali ini, bukan malam idul adha. Malam2 seperti biasa, dibawah rintik hujan. Dewi janjian dengan
pak anwar yang sudah nampak menua. dia meminta ijin masuk ke area sekolah, tanpa banyak basa-basi
pak anwar yang sudah kenal dewi langsung memberi pintu. pak anwar hanya membekali sebuah senter dan nasihat dan pastinya sebuah kunci, setelah itu beliau kembali kerumahnya yang ada dibelakang komplek sekolah.

kunci itu sangat nampak tua, terbuat dari perak berlapis tembaga. kunci itu cukup besar dibanding ukuran kunci jaman now. terdapat simbol era kekuasaan kolonial penjajah. ditengah gerimis, dewi menyeberangi luasnya lapangan sepak bola ke gedung olah raga. seperti biasa, pintu tidak terkunci.
dewi mulai membuka pintu, derit engsel yang makin tua menambah suasana mencekam. angin kencang berhembus dari dalam gedung, sangat kencang hingga mata kiri dewi kelilipan. ditengah usahanya
mengatasi kelilipan itu, tiba2 suara petir menyambar tepat diatas pohon pepaya "dhhuwaaarrr".
merambat ke jaringan listrik sekolah, mengakibatkan listrik padam. getaran petir itu membuat dewi
tersontak dan terlempar. tak sengaja kepalanya membentur meja pingpong.

ditengah kesakitannya, dan dengan pandangan yang agak buram. dewi melihat sesosok bayangan hitam
bermata biru menyala, dengan aura abu2 seperti asap disekeliling bayangan itu. sosok tersebut semakin dekat, dekat lagi, makin dekat, dan kedua tangan sosok itu memegang pundak dewi dengan erat. dewi pun
tersontak kaget seolah2 ada energi yang sangat kuat menyadarkannya. sosok itu hilang, petir yang terang menyinari sesosok bayangan lagi, bayangan itu berada diluar. nampak tak asing bagi dewi, beliau adalah mbah pardjo, sang juru kunci yang telah wafat 25 tahun yang lalu.

dewi :"mbah pardjo??"
mbah pardjo : "iya nak, ini mbah...ternyata kamu masih ingat sama mbah" kata beliau sambil tersenyum hangat
dewi : "sini mbah, masuk aja..diluar banyak petir"
mbah pardjo hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
dewi : "kenapa mbah? ada apa?"

Flashback..
pada saat proses penyegelan ruangan itu, beliau masih berusia 40 tahun. kenapa dia mendapat tugas untuk menjaga tempat itu turun temurun hingga ke anaknya pak anwar? karena dulu tanah itu adalah
sebuah sawah dan kebun yang cukup luas. tanah itu milik mendiang kakek buyut mbah pardjo yang dibeli oleh kolonial dengan harga fantastis pada masa itu. mendadak keluarga itu bahagia kaya raya, tapi sejak kejadian soemarni, ntah kenapa keluarga kakek buyut mbah pardjo berangsur-angsur miskin. sejak berakhirnya era penjajahan, gedung itu pernah kosong selama hampir 3 tahun, sampai akhirnya pemerintah
negara menjadikan itu sebagai sekolahan menengah atas.

mbah pardjo yang merasa bersalah, dia bermaksud menjaga tempat itu, tanah peninggalan kakek buyutnya
yang menyisakan kutukan dan keangkeran. beliau memutuskan untuk menjadi penjaga sekolah. sore hari, beberapa bulan setelah diresmikan, beliau menyapu halaman depan gedung olah raga. beliau mendengar jeritan wanita cukup keras dari dalam. beliau berlari menuju sumber suara itu, mencari dan mencari akhirnya dia menemukan suara itu. dibalik tumpukan lemari dan meja rusak peninggalan kolonial, beliau berusaha menyingkirkan semuanya. sebuah pintu besi dengan tinggi 170cm, untuk menuju pintu itu, beliau harus menuruni 10 anak tangga.

beliau membuka pintu dengan kunci yang masih tertempel di gembok. kunci itu terpasang sejak kejadian soemarni. "Nggiiiingg...jeblarrrr.." pintu terbuka, beliau menyalakan lampu bunker itu. anggur, senapan, meriam, dan peluru nampak tua namun belum pernah terpakai. diujung bunker sepanjang 10meter dengan lebar 4 meter, beliau menemukan sebuah gaun putih berwarna darah kering dan terkoyak. saat beliau akan mengambilnya, tiba2 terdengar jeritan keras minta tolong dari luar. beliau bergegas keluar menuju suara itu. beliau tersontak kaget, melihat dua sosok wanita berlutut membelakangi beliau sekitar 4 meter dari gedung olah raga.

Yang satu nampak tak mengenakan sehelai benang, yang satu lagi agak kecil dengan baju dan kulit bekas terbakar. sosok wanita yang kecil itu membuang muka ke arah mbah pardjo. beliau lagi2 kaget, karena memang dicerita ini banyak yang bikin kaget. gadis cilik itu menangis dengan wajah rusak terbakar hampir tak dikenali.
soemiyem : "pak..kami mohon tolong kami pak."
mbah pardjo : "kalian siapa? ada apa dengan kalian?"
soemiyem : "tolong makamkan kami dengan layak."

sesosok wanita yang nampak polos itu adalah soemarni. dia langsung berdiri dan dengan cepatnya dalam hitungan sepersekian detik, marni sudah mencekik leher mbah pardjo dengan kuat
marni : "kau..gara2 kau!!! jika pendahulumu tak menjual tanah ini, aku dan adikku tidak akan seperti ini!!!"
mbah pardjo : "k..kkaa..kkaamu siapa?
marni : "semua ulah kakek buyut mu, dan kali ini kau dan keturunanmu tak akan pernah jauh dari tempat ini" ucap marni dengan wajah suram, mata merah menyala.

sembari tercekik, mbah pardjo melihat ke arah gadis cilik itu, gadis itu nampak menunjukan tangannya ke bawah sambil menangis dengan segera dia menutup bunker itu dan menutupnya dengan tembok.
Keesokan harinya..
sebelum para guru datang, beliau menggali tempat yang ditunjuk arwah someiyem. Satu kerangka utuh sepanjang 167cm dan tulang belulang nampak tak beraturan disampingnya. dan setelah dirangkai oleh polisi dan tim forensik, tulang itu seukuran gadis berusia 13 tahun.

setelah tahu kebenarannya, tulang itu dipindahkan dengan doa dan ritual, disatukan dengan kedua orang tuanya dia area makam pahlawan tak dikenal. bekas liang kuburan disekolah itu, tak pernah ditumbuhi rumput atau ilalang. tetapi sebatang pohon pepaya dapat tumbuh diatasnya, sampai saat ini.

mbah pardjo : "itulah kenapa, kakek tidak mau pergi dari tempat ini. kakek harus menuruti permintaan mereka."
dewi : "tapi kenapa kakek tidak mau masuk ke dalam?"
mbah pardjo : "tugas kakek diluar, cukup menjaga apa yang ada diluar. karena semua pasti berawal dari luar" kata beliau sambil senyum.
dewi : "lalu dimana bunker itu mbah?"
mbah pardjo : "jika kau menjadi juara, jangan lupa tengoklah kebelakang. ada seseorang disana yang ingin menjadi sepertimu, bantulah dia. jika kau menjadi juara, jangan pernah lupakan masa lalumu, darimana kamu memulainya. semoga berhasil nak. akhirnya kakek bisa istirahat dengan tenang." sambil tersenyum bahagia.

dewi : "lho kek?? mau kemana?? mau ke Raja Ampat kek?"
mbah pardjo : "bukan nak, saatnya ke tempat yang indah dan kekal. kakek yakin kamu bisa. karena kamu memiliki sesuatu yang tidak dimiliki semua orang. hanya kamu yang mampu menyelesaikannya. semoga berhasil nak..selamat tinggal...."
tiba2 sosok mbah pardjo menghilang perlahan bagi butiran debu intan terbawa angin. hujan telah reda, tak terasa sudah larut malam. dengan ijin pak anwar, kunci bunker itu tetap dibawa dewi. dia pulang dengan teka-teki dari mbah pardjo.

bersambung...

#Untuk yang mau aku post karya cerpennya bisa DM Ig @zhandyysabelle atau @cerpenku_creepy ya thank .. 🙂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Youtuber Indonesia

Bunga Soba dan Daun Maple dalam Kdrama Goblin